Welcome to D.U.T.Y

1. BACKGROUND / LATAR BELAKANG
Kenapa berjudul D.U.T.Y.? Berdasarkan arti dalam bahasa Inggris, Duty berarti tugas/misi/kewajiban. Saya sebagai Author dari Blog D.U.T.Y ini, merasakan sudah menjadi kewajiban/tugas kita sesama anak-anak Tuhan untuk saling menguatkan dan menolong satu sama lain. Apakah cuma itu? Tunggu dulu, selain arti kata Duty dalam bahasa inggris yang telah disebutkan di atas, D.U.T.Y. sendiri disini juga adalah sebuah singkatan, yaitu : Dariku Untuk Tuhan Yesus / D.U.T.Y

Kita sebagai manusia pasti lebih sering membuat Tuhan Allah kita merasa sedih dengan dosa-dosa yang telah kita perbuat. Baik itu dosa yang disengaja/tidak disengaja, dosa yang kita ketahui/tidak kita ketahui. Bahkan mungkin terkadang kita merasa tidak memiliki sesuatu yang bisa diberikan kepada Tuhan Yesus, padahal di dalam hati kita ingin membuat Tuhan senang. Tetapi Puji Tuhan, kita bisa memberikan sesuatu kepada Tuhan sekaligus membantu saudara-saudara kita yang lain. Salah satu caranya adalah memberikan kesaksian/pengalaman hidup kita untuk diceritakan kepada orang lain. Saya rindu sekali agar setiap orang yang nantinya membaca setiap kesaksian di dalam buku ini akan lebih mencintai Tuhan dan menyadari sepenuhnya bahwa Ia hadir di setiap langkah kehidupan mereka.

2. VIEW / SEKILAS
Seperti apakah kira-kira blog ini nantinya? Secar garis besar, blog ini adalah seperti buku Chicken Soup. Mengapa?
Karena buku Chicken Soup memuat pengalaman/kisah nyata dari orang-orang yang mempunyai tujuan memotivasi orang lain, memperkaya jiwa, sekaligus menguatkan. Selain itu, agar lebih bisa menjangkau kalangan umum Kristiani, sebagian besar isi blog ini tentu saja adalah kisah-kisah kesaksian nyata (karena umumnya, kesaksian-kesaksian berharga dari saudara-saudara kita, akhirnya hanya terpendam dalam suatu lingkup tertentu saja). Blog ini juga tidak akan secara khusus menelaah ayat-ayat dalam Alkitab. Ayat-ayat Alkitab hanya akan digunakan sebagai pendukung dari setiap tema kesaksian. Oleh karena itu, Saya dari Author dari blog D.U.T.Y. ini berpikir, kenapa sharing-sharing tersebut tidaklah dibuat dalam sebuah wadah yang bisa diberikan untuk orang lain serta diketahui secara luas? Alangkah indahnya bila sharing-sharing/kesaksian itu dapat berguna bagi kehidupan orang lain, khususnya bagi mereka yang belum peka akan jamahan Tuhan dalam kehidupannya. Selain itu, sharing merupakan salah satu bentuk media yang bisa membangun rasa kebersamaan kita.

3. WHO? / SIAPA SAJA ?
Siapakah yang bisa berpartisipasi dalam buku ini? Jawabannya sangatlah mudah yaitu : siapa saja. Kami mengundang Saudara sekalian yang terkasih dalam Yesus Kristus untuk berpartisipasi dengan menceritakan pengalaman/kesaksian Saudara kepada kami. Apapun pekerjaan Saudara, berapapun usia Saudara, berapapun penghasilan Saudara atau apapun kedudukan Saudara, apakah Saudara beragama Kristen Katolik maupun Kristen lainnya, atau apakah tempat tinggal Saudara dekat/jauh. Yang paling penting disini adalah niat untuk memberikan sesuatu untuk menyenangkan Tuhan yang (mudah-mudahan) dapat membantu Saudara-Saudara seiman lainnya. Atau misalnya Saudara memiliki ayah/ibu/orang-orang lain yang ingin ikut berpartisipasi, kami dengan senang hati akan menerimanya.

Mungkin Saudara juga ingin melakukan pelayanan dalam kehidupan iman saudara, namun sampai sekarang belum sempat melakukan pelayanan di gereja/sesama atau mungkin Saudara bingung mau memberikan pelayanan seperti apa? Puji Tuhan, Saudara sekarang bisa memberikan pelayanan kepada Tuhan dan sesama dengan menceritakan pengalaman-pengalaman yang berkaitan dengan kehidupan iman Saudara kepada kami melalui email yang telah saya buatkan yaitu :

todays_duty@yahoo.co.id

Email diatas juga bisa digunakan untuk memberikan input, bimbingan, atau masukan sehingga tentu bisa membangun kualitas blog yang akan dihasilkan ini. So, any input will grow all of us together… jangan lupa masukkan “INPUT” sebagai subjek email Saudara..


Pertanyaan yang paling sering diajukan adalah : "Saya ingin ikut memberikan pengalaman hidup saya, tetapi saya tidak bisa/kurang bisa menulis, bagaimana ini?" Tenanglah, Saudara tidak perlu ragu/takut. Kami yakin kekurangan Anda akan dibantu oleh Kuasa Roh Kudus pada saat Saudara berusaha menceritakan pengalaman Saudara. Yang paling penting adalah hati Saudara yang dipenuhi dengan niat serta kerinduan untuk membagi sentuhan keajaiban Tuhan kepada sesamanya. Kami yakin, Tuhan Yesus tidak akan meninggalkan siapapun yang ingin mempersembahkan sesuatu dengan sepenuh hati padaNya. Jadi, jangan ragu. Kirimkan saja tulisan Saudara. Saya akan berusaha membantu Saudara dalam hal pengeditan cerita Saudara.

Salam Damai Sejahtera, Tuhan memberkati.
AUTHOR OF D.U.T.Y

06 January 2008

Peran Konseling Awam di Tengah Krisis

Memasuki tahun 1998 dengan pelbagai tantangan telah membekali setiap pribadi dewasa dengan kecemasan dan pertanyaan "apa yang akan kita hadapi dan.... bagaimana masa depan umat manusia?" Lebih kurang lima bulan terakhir ini kita terus menerus membaca tentang analisa, ulasan dan hasil-hasil brain-storming dari ahli-ahli dan pengamat politik dan ekonomi tentang krisis yang sedang terjadi dan pendapat/pikiran mereka tentang apa yang mungkin dapat dilakukan. Terus-terang saja hampir semuanya mengecewakan. Penulis merasa prihatin, karena sedikit sekali bahkan hampir tidak ada yang benar- benar mencoba memikirkan akar persoalannya. Menganalisa gejala tak pernah menyelesaikan persoalan. Cara berpikir dengan orientasi phenomenological hanyalah reaksi terhadap gejala dan itu tak lain dari pada upaya memindahkan fokus perhatian manusia dari satu ke bagian yang lain saja.

Persoalan manusia sepanjang sejarah sama saja, hanya bentuk dan manifestasinya saja yang berubah-ubah. Alkitab mengatakan,"apa yang pernah ada akan ada lagi, dan apa yang pernah dibuat akan dibuat lagi.....tak ada sesuatu yang baru di bawah matahari" (Pengkhotbah 1:9). Kalau dulu, oleh karena dosa dan kebodohan menusia terjerat dengan kesia-siaan, maka sekarang juga demikian. Dan...kalau "belenggu dosa" hanya dapat dibebaskan melalui darah Yesus Kristus, maka "kebodohan" hanya dapat diatasi melalui pendidikan. "Didiklah anak muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanyapun ia tidak akan menyimpang *KOSONG*

Jadi, di mana sebenarnya letak kunci penentu masa depan hidup manusia? Jawabnya sederhana, yaitu pendidikan. Sekali lagi pendidikan. Karena apa yang sekarang ini kita tuai adalah apa yang dahulu telah ditaburkan dalam jiwa anak-anak manusia. Krisis moneter hanyalah menifestasi dari kecerobohan dan ketamakan jiwa manusia, dan krisis politik hanyalah buah dari keangkuhan dan kedegilan hati manusia. Akar persoalan yang ada sekarang ini adalah kegagalan yang sama, James Dobson pernah mengatakan, "Our schools and education in the Christian families must have enough structure and discipline to require certain behavior from children because one of the purposes of education is to prepare them for life/ pendidikan di rumah maupun di sekolah harus memiliki struktur dan disiplin yang cukup untuk pembentukan pola-pola tingkah laku anak, karena salah satu tujuan pendidikan yang terpenting adalah mempersiapkan mereka untuk kehidupan (Focus on the Family, April 1996). Prinsip yang sama telah melahirkan kata-kata bijaksana yang berbunyi, "the child is the father of the man / anak sebenarnya ayah dari orang dewasa karena apa yang ada pada orang dewasa sebenarnya buah dari apa yang telah terjadi di masa kanak-kanak," (Sprinthall, et al, "Educational Psychology: A Developmental Approach," McGraw-Hill, 1994, p.142).

Masa pendidikan terpenting adalah masa kanak-kanak, dan kepentingannya menyangkut beberapa prinsip di bawah ini:

a Disiplin.

Hampir setiap pendidik sekarang percaya bahwa "learning must be fun/ belajar harus merupakan pengalaman yang menyenangkan." Memang pernyataan tersebut ada kebenarannya. Anak perlu menyukai "belajar: atau perasaan tertekannya menghambat proses belajarnya. Tetapi, jikalau kita renungkan apa yang Alkitab katakan, kita akan heran betapa kebenaran tersebut sebenarnya hanyalah kebenaran separuh (half-truth). Alkitab tidak secara penuh mendukung pernyataan bahwa pendidikan "harus menyenangkan *KOSONG yang "tidak menyenangkan" karena setiap individu anak hakekatnya "berdosa," dan apa yang mereka mau adalah melawan kebenaran Allah. Tidak pernah ada pendidikan yang benar tanpa disiplin.

Meskipun demikian, disiplin bukanlah merupakan hal yang secara natural dengan sendirinya setiap pendidik dan orangtua miliki. Orangtua dan guru perlu selalu mawas diri dan mengevaluir apakah disiplin yang mereka terapkan benar-benar sesuai dengan hukum alam yang Allah ciptakan (sesuai dengan phase pertumbuhan dan keunikan setiap anak) dan sesuai dengan prinsip kebenaran firman-Nya (motivasi dan tujuan yang sesuai dengan rencana Allah). Sebagai contoh, ialah pengalaman dari si anak genius, Wiliam Sidis, yang kehidupannya berakhir dengan tragis oleh karena kesalahan-didik ayahnya, yaitu psikolog Boris Sidis. Boris melatih si anak dengan penuh disiplin tetapi mengabaikan prinsip-prinsip pendidikan konventional yang menghargai perlunya pengembangan jiwa anak secara bertahap sesuai dengan kematangan umurnya. Hasilnya memang pada usia 5 tahun Wiliam sudah dapat menulis sebuah risalah anatomi, dan pada usia 11 tahun diterima di Harvard dan bahkan dapat memberi ceramah tentang "jasad empat dimensional." Tetapi kehidupan sosialnya sangat miskin. Majalah terkenal The New Yorker, th 1937 memuat berita tentang dia yang pada usai 39 tahun ditemukan miskin, dan sakit jiwa di sebuah gubuk reyot di daerah kumuh. Ia mati dalam kemiskinan dan kesepiannya, karena tidak berani bertemu dan bergaul dengan sesama manusia.

Disiplin adalah bagian terpenting dari pendidikan, tetapi disiplin harus dilaksanakan dalam kebenaran, atau..apa yang dihasilkan bukanlah pribadi yang siap menghadapi realita kehidupan yang sesungguhnya.
b Standar dan struktur.

Barangkali setiap kelompok masyarakat mempunyai budayanya sendiri dengan struktur yang unik untuk menentukan standar tingkah laku yang acceptable/ yang dianggap baik dan dapat diterima. Manusia dalam interaksinya sebagai makhluk-makhluk sosial telah menghasilkan struktur dan standar-standar tingkah-laku yang mereka anggap sebagai tingkah-laku "yang seharusnya" dilakukan oleh setiap anggota kelompok masyarakatnya. "Sungkem" yang dilakukan pada hari Lebaran, dirasakan oleh orang-orang Jawa sebagai tingkah-laku hormat yang terbaik, pada orangtua. Bagi kelompok masyarakat lain, memeluk dan mencium pipi mungkin merupakan hal yang lebih tepat.

Meskipun demikian, di samping keunikan budaya masing-masing, ternyata ada banyak persamaan-persamaan yang telah ditanamkan Allah dalam batin manusia. Ada standar dan struktur yang berlaku umum yang membekali disiplin dengan motivasi dan cara yang "lebih tepat." Dobson dalam artikel yang sama mengatakan, Maybe one of the greatest gifts a loving teacher can contribute to an immature child, therefore, is to help him *KOSONG* /mungkin salah satu kelebihan yang utama dari guru yang baik adalah kemampuannya menolong anak belajar dengan sukarela, duduk dengan tenang pada saat ia ingin berlari-lari, atau dengan suka rela mengangkat tangannya karena perhatian dan partisipasinya di kelas pada saat ia sebenarnya seorang anak yang maunya ngobrol terus dengan teman-temannya, dst....

Ada standar dan ada struktur tingkah laku "yang lebih tepat" yang memberikan arah dari disiplin dalam pendidikan. Pendidik yang baik tahu, dalam setiap konteks atau kondisi, tingkah laku apakah "yang seharusnya anak lakukan" jikalau ia ingin anak tersebut menjadi pribadi yang lebih baik. Jelas kepentingan pendidikan bukan hanya masalah cognitive dan mutu bahan pelajaran, karena yang terpenting dari pendidikan adalah struktur dan standar tingkah laku. Bagaimana seorang anak dapat dipersiapkan menjadi pribadi yang lebih baik, adalah inti dari seluruh kegiatan didik-mendidik. Coba bayangkan jikalau dunia ini penuh dengan orang yang pandai dan tahu bagaimana menjadi kaya tetapi berkepribadian kerdil. Bagaimana masa depan umat manusia jikalau pendidikan formal di sekolah maupun informal di rumah tidak memiliki struktur dan standar tingkah-laku yang memang khusus dirancang untuk membentuk pribadi-pribadi yang baik?
c Sistem kehidupan dalam keluarga.

Barangkali salah satu kendala pendidikan yang paling sering dibicarakan tetapi yang paling sedikit mendapat perhatian yang sungguh-sungguh, adalah sistim kehidupan dalam keluarga. Setiap keluarga mempunyai sistimnya sendiri-sendiri yang terbentuk melalui interaksi antar pribadi-pribadi di dalamnya. Seringkali sistim tersebut berubah-ubah di luar kemampuan individu untuk mencegahnya. Tahu-tahu sudah muncul ekses di mana kondisi sudah menjadi tidak kondusif lagi untuk pendidikan dan pertumbuhan jiwa, khususnya bagi anak-anak dalam keluarga tersebut.

Kesadaran akan gejala ini seharusnya ada dalam diri setiap orangtua. Lebih dini lebih baik, karena sistim yang terbentuk biasanya akan menjadi beku dan sulit untuk diubah lagi. Coba bayangkan orangtua yang sudah biasa tidak pernah bercakap-cakap hati ke hati dengan anak-anak mereka. Bagaimana mungkin mereka dapat mendidik anak-anak mereka, apalagi jikalau sistim "non-dialogis" seperti ini sudah terbentuk sejak anak-anak masih kecil.

Hampir setiap pendidik mengakui betapa pentingnya peran orangtua dan keluarga dalam pendidikan anak. Peck dan Havighurst menemukan, dalam risetnya, bahwa peran keluarga dalam pendidikan karakter dan moral, jauh lebih besar dibandingkan dengan lembaga-lembaga kemanusiaan yang lain, seperti sekolah dan gereja (J.M. Lee, "The Flow of Religious Instruction," Alabama:REP, 1973, p.65). Dan realita ini akan menjadi semakin kuat bagi keluarga-keluarga Kristen yang terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan rohani ("The Psychology of Character Development." NY.Willey *KOSONG* by the age of six (and possibly even earlier) the child's basic personality structure is already formed; subsequently experiences which the individual undergoes merely ampifly, reinforce, or expand these basic personality configurations / struktur kepribadian anak terbentuk pada usia 6th bahkan mungkin lebih dini lagi, dan apa yang ia lakukan di kemudian hari hanyalah manifestasi dalam bentuk-bentuknya yang baru (J.M. Lee, "Toward a Future for Religious Education," Dayton, Ohio: Pflaum Standard, 1970, p.30).

Sistim dalam kehidupan keluarga merupakan salah satu komponen terpenting dalam pembentukan kepribadian manusia. Dalam sistem yang kondusif, orangtua menemukan kebebasan untuk mendidik dan menjadi model yang riil dan konsisten bagi anak-anak mereka. Semakin dini orangtua menyadari dan membentuk sistim yang kondusif, semakin besar kemungkinan keberhasilan pendidikan moral dan karakter anak.

Pendidikan memegang peran terpenting dalam menentukan masa depan hidup manusia. Apa yang manusia lakukan sekarang ini, hanyalah manifestasi dari kepribadian yang telah terbentuk sejak kecil dalam keluarga, dan pengalaman dengan struktur pendidikan moral dan karakter di sekolah-sekolah. Bagaimana peran keluarga-keluarga Kristen (juga sekolah dan gereja) dalam mempersiapkan generasi yang lebih baik adalah jawab dari persoalan hidup manusia sekarang ini. Tuhan kiranya memberkati mereka yang mendengar dan menjawab panggilan-Nya.

PERPEKTIF PSIKOLOGIS

PTSD (Post-Traumatic Stress Disorder)
Oleh: Dr. Paul Gunadi

Makin hari makin saya menyadari pentingnya pengaruh keluarga dalam pertumbuhan jiwa. Kebanyakan dari klien saya adalah orang dewasa namun sesungguhnya kebanyakan dari masalah yang mereka hadapi sekarang berhulu dari masalah yang mereka alami pada masa kecil, tatkala mereka bertumbuh dalam keluarga asal mereka. Istilah PTSD adalah kepanjangan dari Post-Traumatic Stress Disorder yang kalau diterjemahkan menjadi Gangguan Stres Pasca-Trauma. Artinya, gangguan stres atau tekanan berlebihan yang kita rasakan sekarang sebetulnya merupakan akibat dari suatu peristiwa traumatik yang pernah kita alami sebelumnya. Istilah traumatik di sini bisa merujuk pada peristiwa yang sangat menakutkan dan mengerikan atau sesuatu yang sangat menyakitkan, baik secara emosional maupun fisik.

Peristiwa traumatik ini bisa terjadi pada masa kecil atau pun pada masa dewasa. Kasus PTSD yang berawal pada usia dewasa banyak ditemukan pada veteran perang yang harus *KOSONG* muncul secara tiba-tiba. Dan kadar yang lebih rendah kita dapat mengalami ketegangan tanpa sebab, yang pada umumnya bermanifestasi dalam bentuk keluarnya keringat dingin dengan deras, jantung berdetak lebih cepat dan lebih keras, atau kebingungan seolah-olah tersesat entah di mana.

Meski PTSD dapat dimulai pada usia dewasa namun cukup banyak kasus PTSD berawal pada masa kecil dan dari lingkungan keluarga sendiri. Ada anak yang mengalami penyiksaan yang melewati batas; ada pula yang harus menyaksikan pertengkaran orangtua yang melibatkan kontak fisik. Peristiwa-peristiwa ini akhirnya menimbulkan bekas yang mendalam dan membuahkan ketegangan. Kadang gejala PTSD muncul pada usia remaja tetapi tidak jarang ada yang muncul setelah kita beranjak dewasa, setelah melewati kurun yang relatif bebas dari ketegangan.

Pertanyaan yang muncul adalah, mengapa PTSD tidak muncul pada saat kita mengalami trauma itu sendiri. Sebenarnya ketakutan atas trauma sudah ada pada saat terjadinya trauma sebab PTSD merupakan akibat berkepanjangan dari trauma yang mengerikan itu. Setelah trauma berlalu, kita pun kemudian beranggapan bahwa rasa takut itu akan lewat dengan sendirinya. Di luar dugaan, ternyata trauma itu sudah membekas dan pada saat kita mengalami ketegangan dari sumber yang lain, rasa takut yang muncul berlipat ganda. Ketakutan yang telah terpuruk akhirnya menyeruak keluar dan kali ini ia keluar bak raksasa yang menindih kita tanpa daya.

Adakalanya imbasan trauma tidak terlalu kita hiraukan pada saat kita mengalaminya karena kita harus tetap hidup. Membiarkan diri merasakan ketakutan atau kengerian terus menerus dapat mematahkan kerangka psikis kita. Agar dapat bertahan hidup, kita pun terpaksa mematirasakan diri. Sebagai contoh, para tentara harus mengebalkan daya tahan dan tidak boleh membiarkan rasa takut menguasai mereka jika mereka ingin terus hidup. Itulah sebabnya stres baru mulai menampakkan diri setelah mereka lepas dari kancah peperangan. Bayang-bayang mengerikan dari pertempuran yang menegangkan syaraf tiba-tiba menyembul tanpa terencana. Rasa takut yang sebenarnya telah ada itu muncul keluar karena kita "lengah," dalam pengertian, kita tidak lagi menonaktifkan perasaan kita sebab memang tidak perlu-keadaan sudah aman. Dalam keadaan tenteram itulah kita dikagetkan; ternyata monster menakutkan itu tetap hidup!

Tidak ada yang dapat menjelaskan kerja psikis kita dengan tepat dan ilmiah; alam psikis merupakah misteri yang muskil dinalar. Tidak ada yang mampu menjabarkan bagaimanakah sesungguhnya memori ketakutan itu disimpan hingga kemudian dilepaskan kembali. Namun yang pasti adalah, bagi kita yang tak pernah mengalami peristiwa traumatik, kita tidak terganggu oleh ketegangan yang berlebihan serta irasional ini. Sebaliknya, bagi kita yang pernah melewati masa yang penuh trauma, sering kali hidup kita dibayang-bayangi oleh ketegangan yang berlebihan.

Penderita PTSD acap kali harus menerima cemoohan dari orang di sekitarnya. Ada yang menganggap bahwa ketakutan *KOSONG* ma mudahnya dengan membalikkan tangan. Kira-kira ungkapan yang sering didengarnya berbunyi seperti ini, "Sudah tahu irasional, ya, sudah jangan dirasakan lagi!" Kalau memang semudah itu, saya yakin, semua penderita PTSD sudah tentu akan dengan senang hati melakukannya. Tidak ada seorang pun yang ingin hidup dalam ketakutan; kalaupun kita memilih untuk tetap hidup dalam ketakutan,itu dikarenakan kita terlalu takut untuk mengalami ketakutan yang amat sangat itu.

Jalan menuju pemulihan bisa pendek namun bisa pula panjang, tergantung pada berapa besar intensitas trauma, berapa seringnya terjadi, dan berapa lamanya berlangsung. Pemulihan juga bergantung pada berapa kuatnya daya tahan kita menghadapi stres, berapa besarnya dukungan sosial yang kita terima, dan berapa berimannya kita pada pemeliharaan Tuhan. Namun, di samping semua itu kita harus melakukan tiga hal. Pertama, kita harus mengakui bahwa trauma lampau yang telah terjadi merupakan penyumbang terbesar dari ketegangan kita sekarang ini. Pengakuan ini adakalanya sukar dicetuskan karena acap kali trauma tersebut melibatkan anggota keluarga yang telah merawat kita. Kadang kita harus berani berujar bahwa ia yang telah merawat kita,adalah ia yang telah pula melukai kita, baik dengan sengaja maupun tidak.

Kedua, kita perlu mengungkapkan perasaan-perasaan yang muncul pada saat trauma itu terjadi. Mungkin perasaan marah dan benci akan berdiri berdampingan dengan perasaan takut atau ngeri. Mengekspresikan perasaan yang telah terkubur ini tidaklah mudah karena ada ketakutan bahwa sekali perasaan ini muncul, kita tidak akan berdaya menghentikannya. Kadang timbul kekhawatiran, sekali perasaan ini keluar, kita pun akan dikuasainya sampai menjadi gila. Untuk tahap ini, saya menganjurkan bimbingan seorang psikoterapis agar pengekspresian emosi bisa berjalan dengan terarah.

Ketiga, penderita PTSD harus bertatapan dengan Tuhan secara langsung. Kiga sadar bahwa Tuhan mengasihi kita; kalau tidak, Ia tidak akan lahir di dunia ini meninggalkan kemuliaan sorgawi. Jika Ia tidak mengasihi kita, Ia tidak akan rela membatasi diri menjadi seorang bayi. Namun, apabila Ia mengasihi kita, mengapa Ia membiarkan kita dilahirkan dalam keluarga dan mengalami segala kepahitan yang akhirnya melumpuhkan diri kita sekarang. Sungguh suatu pertanyaan yang menyakitkan karena keluar dari hati yang terluka; sama menyakitkan dengan Natal sebab Ia pun dilahirkan dalam kepahitan hidup-di kandang binatang. Suatu trauma.

PERTANYAAN ANDA
Dr. Yakub B. Susabda

Sudah 1 tahun ini saya berhenti bekerja di toko kaca mi *KOSONG* Yang saya ingin tanya ialah tentang diri saya sendiri. Mengapa semangat kerja bahkan semangat hidup saya merosot terus?

Anda menyadari akan apa yang tidak seharusnya anda lakukan, tetapi rupanya kesadaran ini tidak cukup kuat menciptakan dorongan bagi anda untuk melangkah dan mulai bekerja lagi. Apakah pengalaman "kehilangan semangat hidup" ini sering anda alami? Apakah anda dapat menceritakan sedikit latar belakang kehidupan dalam keluarga?

Ibu saya menderita gangguan kejiwaan, dua kali beliau tinggal di rumah sakit jiwa. Ayah saya menikah lagi dan tinggal di rumah yang lain. Saya anak pertama dengan dua orang adik wanita. Memang pernah dua kali saya coba bunuh diri dengan minum Baygon. Rasanya memang saat itu saya ingin mati saja. Sebabnya karena saya gagal dalam ujian SMU dan kedua karena semua lamaran kerja saya ditolak.

Hidup manusia memang selalu diwarnai dengan berbagai pengalaman. Ada yang positif dan memberikan kesempatan-kesempatan, ada pula yang negatif yang seolah-olah isinya hanya menghambat proses kehidupan itu sendiri. Apapun pengalaman dalam kehidupan anda, anehnya tergantung bagaimana anda melihat dan menafsirkan pengalaman tersebut.

Memang ada dua tipe manusia. Yang pertama, adalah manusia yang "kuat" dan mampu melihat dan menafsirkan relita hidup dengan kaca mata yang positif. Tetapi ada pula manusia yang "tidak kuat" seperti yang dikatakan oleh filsuf Suzanne Langer, yaitu orang yang "can adopt himself to anything, but can not deal with chaos/dapat beradaptasi dalam segala situasi kecuali di tengah kondisi hidup yang chaos, kacau.

Anda lahir dan dibesarkan dalam keluarga dengan kelemahan-kelemahan tertentu. Akibatnya, jiwa anda tidak terlatih untuk menghadapi tekanan-tekanan kehidupan. Setiap kali anda menghadapi persoalan, anda melarikan diri dan tidak berani menghadapi dan menyelesaikannya. Setiap persoalan seolah-olah selalu menjadi kondisi "chaos" dalam hidup anda. Karena anda menderita dampak negatif dari masa kecil anda. Hugh Missildine mengatakan, your childhood, in actual, literal sense, exists within you now. It affects everything you do and you feel/pengalaman masa kecilmu betul-betul hadir dalam hidupmu sekarang ini dan mempengaruhi segala sesuatu yang kamu lakukan dan rasakan ("Your Inner Child of The Past," NY: Simon and Schuster, 1963, p. 13).

Memang anda bisa memilih antara melayani "jiwa kanak-kanak (yang sekarang ini masih sangat berpengaruh dalam hidup anda)." atau "nalar pikir sehat dan dewasa" (yang saat ini juga tersedia bagi anda)." Dan anda tahu akibat pemilihan anda. Yang pertama, akan mengulang kesalahan yang lama, dan mungkin anda akan tenggelam dalam keputus-asaan lagi. Tetapi yang kedua, akan memberikan kehidupan *KOSONG*

No comments: