Adalah hal yang lumrah jika manusia selalu mendambakan keberhasilan dalam hidupnya. Berikut ini kami menyajikan perbincangan bersama Dr. Paul Gunadi tentang bahaya dari sebuah kejayaan yang selalu menggoda kita untuk jatuh ke dalam dosa.
PENCOBAAN DI TENGAH KEJAYAAN
T: Rasanya semua orang menginginkan, mendambakan keberhasilan
atau kesuksesan di dalam kehidupannya, maksudnya secara
jasmani mereka tentunya ingin kaya, ingin lebih dari yang lain.
Tetapi kita pun menyadari bahwa banyak orang yang justru
mengalami banyak masalah di dalam hidupnya pada saat dia
mengalami kejayaan. Padahal, sebelumnya masalah-masalah tersebut
tidak dialaminya. Sebenarnya apa yang melatarbelakangi atau
menjadi alasan timbulnya masalah tersebut?
J: Ada beberapa penyebab timbulnya masalah, yang pertama adalah
keangkuhan. Nah saya akan mengutip perkataan pendeta yang bernama
Maxell Cadow. Beliau pernah ditanya mana yang lebih berbahaya,
kejayaan atau kesusahan, dia menjawab dengan tegas kejayaan.
Sebabnya adalah waktu kita jaya, kita cenderung berpikir bahwa
memang kita itu hebat. Nah waktu kita berpikir memang sehebat itu
keangkuhan mulai masuk, waktu keangkuhan mulai masuk, kita mulai
berpikir bahwa kita ini bisa berbuat apa saja melewati batas.
Waktu kita dalam keadaan susah kita cenderung lebih melihat diri
kita sebagai orang yang terbatas, tidak bisa ini, tidak bisa itu
dan sebagainya. Waktu kita makin jaya seolah-olah kita berpikir
batas-batas itu mulai hilang, kita menjadi orang yang bisa
melakukan banyak hal yang tadinya tidak bisa kita lakukan. Nah
pada saat itulah kalau tidak hati-hati, dalam keangkuhan kita
bisa melakukan banyak hal, kita melewati batas, akhirnya malah
kita masuk ke dalam pencobaan.
T: Itu tadi cenderung pada faktor internalnya, ya, jadi pribadinya.
Tetapi ada faktor-faktor eksternal seperti pengaruh orang-orang
di sekitarnya yang memuji-muji dia, atau merangsang dia untuk
melakukan hal-hal yang tidak terpuji. Apakah hal itu juga menjadi
salah satu faktor penyebab kehancuran seseorang ...?
J: Benar sekali. Jadi orang yang jaya apalagi seorang pria
cenderung menjadi target atau sasaran, godaan atau undangan.
Sebab orang yang jaya adalah orang yang bisa memberikan banyak
kepada orang-orang lain secara material. Dalam hal inilah dia
menjadi sasaran karena dia menjadi orang yang sangat menarik,
sangat berpengaruh bagi kehidupan orang-orang di sekitarnya. Saya
kira sudah merupakan kenyataan bahwa banyak orang Kristen yang
berniat untuk tidak mengkhianati istri mereka tapi akhirnya dalam
tugas pekerjaannya dan pergaulannya mereka masuk dalam perangkap
dan jatuh dalam dosa perzinahan. Dan saya kira yang tadi Anda
katakan memang betul sekali, pada masa kejayaan ada orang-orang
yang rela memberikan dan menyediakan tubuh mereka bagi orang-
orang yang sedang jaya ini.
T: Mungkin supaya kita bicara lebih konkret, dapatkah Anda
memberikan contoh atau salah satu contoh yang ada dalam Alkitab?
J: Saya akan membacakan Kejadian pasal 39:6-7,
Tuhan memberkati rumah orang Mesir itu karena Yusuf
sehingga berkat Tuhan ada atas segala miliknya, baik yang
di rumah maupun yang di ladang, segala miliknya diserahkan
pada kekuasaan Yusuf. Dan dengan bantuan Yusuf dia tidak
usah lagi mengatur apa-apa pun selain dari makanannya
sendiri. Adapun Yusuf itu manis sikapnya dan elok parasnya,
selang beberapa waktu istri tuannya memandang Yusuf dengan
birahi lalu katanya: "Marilah tidur dengan aku."
Tapi puji Tuhan disini dikatakan ayat 8, "tetapi Yusuf menolak."
Yang saya tekankan di sini adalah Yusuf mulai menjadi sasaran
dari majikannya atau istri majikannya setelah dia menjadi orang
yang berhasil. Menarik sekali bahwa pencobaan ini atau tawaran
atau berselingkuh dengan istri Potifar tidak terjadi pada tahap
awal sewaktu Yusuf masih menjadi budak, yang masih tidak berhasil
dan tidak terpandang. Tapi lama kelamaan tatkala Yusuf makin
berhasil dan mungkin sekali disaksikan oleh orang sekitarnya
bahwa dia adalah seorang pemuda yang berhikmat dan pandai dan
kebetulan didukung oleh wajah yang baik ya, yang bagus. Nah
kejayaan itulah yang akhirnya seolah-olah menyadarkan istri
Potifar bahwa yang berada di hadapannya hari lepas hari bukanlah
seorang budak belaka, tapi seorang pria yang mempunyai kualitas
tertentu. Nah pada saat inilah Yusuf menjadi seseorang yang
sangat menarik dan kalau dia tidak hati-hati dia sudah jatuh
kedalam dosa perzinahan, tapi puji Tuhan, Yusuf memang berhasil
menolaknya.
T: Jadi bagi orang-orang yang berhasil, tantangan dari luar itu
semakin banyak dan itu juga dipengaruhi faktor kedagingan dari
orang itu?
J: Betul, betul, kalau dia memang orang yang tidak bisa menguasai
dirinya dia sudah akan masuk ke dalam perangkap tersebut. Saya
kira hidup pada masa sekarang ini ya lebih sulit daripada dulu-
dulu, karena kita memang harus mengakui tekanan sosial untuk
perilaku-perilaku yang menyimpang ini makin hari makin berkurang.
Pada zaman-zaman 50-an, 60-an, bahkan 70-an tekanan sosial untuk
meredam perilaku menyimpang ini cukup besar, sehingga orang takut
karena tahu ada sanksi sosial yang besar. Namun di masa sekarang
saya kira orang makin merasa kebal dengan perilaku menyimpang ini
dan menganggap ini sesuatu yang menyenangkan, bukan yang
mengerikan, apalagi didukung dengan film-film atau sinetron-
sinetron yang seolah-olah tampak sengaja atau disengaja. Saya
tidak tahu menggambarkan betapa menggairahkannya dan menantangnya
kehidupan ganda seperti itu atau kehidupan menyimpang seperti
itu. Kalau mempunyai simpanan, jatuh cinta dengan orang lain
selain istri kita, atau jatuh cinta dengan pria lain selain suami
kita, itu merupakan suatu pengalaman yang benar-benar
menggairahkan, suatu petualangan yang menarik. Nah, saya kira
akhirnya seperti ini: melonggarnya tekanan sosial dan juga
kerohanian yang tidak begitu kuat akan menjerumuskan seorang yang
sedang jaya masuk ke dalam perangkap perzinahan.
T: ... Mengapa Tuhan mengizinkan hal itu terjadi?
J: Itu pertanyaan yang bagus. Adakalanya seseorang yang jatuh ke
dalam pencobaan mencoba merunut-runut ke belakang kenapa saya
jatuh ke dalam pencobaan. Celakanya, setelah merunut ke belakang
akhirnya berkesimpulan Tuhanlah yang menyebabkan saya jatuh. Nah
kenapa orang sampai berkesimpulan seperti itu karena orang itu
berkata atau orang-orang ini berkata, kalau Tuhan tidak membuka
jalan, saya tidak akan bertemu dengan orang tersebut. Kalau Tuhan
tidak mempertemukan kami tidak mungkin kami akan bisa bertemu,
kalau dia tidak menunjukkan itikad tertarik kepada saya, saya
juga nggak akan memberikan inisiatif, menyambutnya dan
sebagainya. Jadi segalanya memang di lihat dari sudut Tuhan tapi
setelah jatuh ke dalam pencobaan seperti Daud ya. Yusuf
mengaitkan segalanya dengan Tuhan sebelum datang pencobaan, nah
pertanyaannya apakah Tuhan mengizinkan hal itu terjadi. Saya
percaya, Tuhan tidak merancang, Tuhan tidak menghendaki manusia
jatuh ke dalam dosa, Tuhan tidak merencanakan hal itu terjadi,
ya, Tuhan tidak memimpin orang untuk berdosa, tidak. Tapi Tuhan
mengizinkan pencobaan datang dan mencobai orang Kristen,
alasannya satu dan yang saya mau tekankan di sini adalah dalam
konteks kejayaan. ... Jadi kita melihat bahwa kejayaan dan
pencobaan berdampingan.
Nah kenapa Tuhan mengizinkan. Saya berkeyakinan Tuhan mengizinkan
pencobaan mendatangi orang Kristen, nomor satu supaya Tuhan bisa
menguji kita, apakah kualitas rohani kita seturut dengan kualitas
eksternal atau jasmani kita. Apakah kerohanian kita sejaya
kemenangan jasmani kita, nah apakah kekuatan internal atau rohani
kita sama besarnya dengan kekuatan jasmani kita itu saya kira
yang pertama. Dan yang kedua saya kira Tuhan membiarkan atau
mengizinkan pencobaan datang, supaya melalui itu Tuhan membentuk
kita, supaya kita akhirnya makin mirip dan makin serupa dengan
Tuhan kita, saya kira itu intinya.
09 January 2008
Pencobaan di Tengah Kejayaan
Posted by tikituka at 12:11 AM
Labels: masalah karir
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment